Penggunaan energi
besar – besaran telah membuat manusia mengalami krisis energi. Ini disebabkan
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam yang
sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil merupakan sumber
daya alam yang tidak dapat kita perbaharui. Untuk mengatasi krisis energi masa
depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya
adalah energi biomassa.
Biomassa adalah
bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk
maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput,
ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan
untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pankan ternak, minyak nabati, bahan
bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan
bakar). Umum yang digunakan sebagai
bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah
setelah diambil produk primernya.
Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai sumber energi ketika
manusia membakar kayu untuk memasak makanan atau menghangatkan tubuh pada musim
dingin. Kayu merupakan sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi
sumber energi biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan
tanaman lain, limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen
organik limbah rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari
timbunan sampah.
Sumber energi biomassa mempunyai beberapa kelebihan
antara lain merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat menyediakan sumber energi
secara berkesinambungan (suistainable).
Di Indonesia, biomassa merupakan sumber daya alam yang sangat penting dengan
berbagai produk primer sebagai serat, kayu, minyak, bahan pangan dan lain-lain
yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik juga diekspor dan
menjadi tulang punggung penghasil devisa negara.
Potensi biomassa di Indonesia yang bisa digunakan sebagai
sumber energi jumlahnya sangat melimpah. Limbah yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan semuanya potensial untuk dikembangkan. Tanaman pangan dan perkebunan
menghasilkan limbah yang cukup besar, yang dapat dipergunakan untuk keperluan
lain seperti bahan bakar nabati. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar nabati
memberi tiga keuntungan langsung. Pertama, peningkatan efisiensi energi secara
keseluruhan karena kandungan energi yang terdapat pada limbah cukup besar dan
akan terbuang percuma jika tidak dimanfaatkan. Kedua, penghematan biaya, karena
seringkali membuang limbah bisa lebih mahal dari pada memanfaatkannya. Ketiga,
mengurangi keperluan akan tempat penimbunan sampah karena penyediaan tempat
penimbunan akan menjadi lebih sulit dan mahal, khususnya di daerah perkotaan.
Selain pemanfaatan limbah, biomassa sebagai produk utama
untuk sumber energi juga akhir-akhir ini dikembangkan secara pesat.
Kelapa sawit, jarak, kedelai merupakan beberapa jenis tanaman yang produk
utamanya sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Sedangkan ubi kayu, jagung, sorghum, sago merupakan
tanaman-tanaman yang produknya sering ditujukan sebagai bahan pembuatan
bioethanol.
Agar biomassa bisa digunakan sebagai bahan bakar maka
diperlukan teknologi untuk mengkonversinya. Terdapat beberapa teknologi untuk
konversi biomassa. Teknologi konversi biomassa tentu saja membutuhkan
perbedaan pada alat yang digunakan untuk mengkonversi biomassa dan menghasilkan
perbedaan bahan bakar yang dihasilkan.
Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimiawi
dan konversi biokimiawi. Pembakaran langsung merupakan teknologi yang
paling sederhana karena pada umumnya biomassa telah dapat langsung
dibakar. Beberapa biomassa perlu dikeringkan terlebih dahulu dan
didensifikasi untuk kepraktisan dalam penggunaan. Konversi termokimiawi
merupakan teknologi yang memerlukan perlakuan termal untuk memicu terjadinya
reaksi kimia dalam menghasilkan bahan bakar. Sedangkan konversi
biokimiawi merupakan teknologi konversi yang menggunakan bantuan mikroba dalam
menghasilkan bahan bakar.
Maka dari itu, agar kelangkaan bahan bakar minyak (BBM)
dapat diatasi sudah saatnya pemerintah dan masyarakat petani untuk
mengembangkan lahan pangan sebaik mungkin dalam menggalakan biomasa sebagai
sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Selain itu juga keterlibatan
pihak peneliti dan perusahaan besar maupun swasta juga sangat diperlukan dalam
mengembangkan sumber energi ini yang nantinya dapat dapat mengantisipasi kelangkaan
BBM khususnya di Indonesia dimasa yang
akan datang.
asyek ,,, mju trus TET
BalasHapus